"Mukmin yang paling cerdas yang ingat akan Kematiannya dan mempersiapkan diri untuk alam berikutnya"

Home » » Syukuri dan Nikmati, Gelisah Menjadi Tiada

Syukuri dan Nikmati, Gelisah Menjadi Tiada

SELALU saja menjelang hari raya toko-toko dan mall dipenuhi pengunjung. Sepertinya sudah tertanam di otak bawah sadar masyarakat muslim Indonesia bahwa hari raya adalah harus dirayakan dengan baju baru, mobil baru, handphone baru dan lain-lainnya yang serba baru.

Mungkin saja alasannya adalah bahwa hari raya adalah yang paling tepat untuk membeli yang baru. Masalahnya adalah harga sedang menanjak menuju puncak karena tingginya permintaan pasar.

Kebiasaan ini memicu kecemburuan sosial dan ketimpangan sosial yang akhirnya menjadi pemicu terjadinya penyimpangan perilaku sosial. Mereka yang nasib ekonominya tak memungkinkan berbelanja tergoda untuk melakukan hal tak elok menurut agama, jika iman mereka tak cukup kuat membentengi diri dari keinginan. 

Penyimpangan tingkat terendah adalah mengharap pemberian orang lain, meminta-minta dan sejenisnya. 

Penyimpangan lebih tinggi adalah mencuri dan merampok dengan berbagai jenisnya.
Kalaulah kita termasuk orang beriman, jangan turunkan tingkat kepasrahan diri kepada Allah. Jangan lepaskan ketergantungan kita kepada Allah. 

Memintalah dan memohonlah terus kepada Allah. Kata para bijak: "Hanya pintu Allah yang boleh diketuk berulangkali. Pintu selain pintuNYA janganlah engkau ketuk lebih dari sekali." Yakinlah bahwa Allah akan memberikan yang terbaik pada kita. Tinggalkan penyimpangan dan tetaplah di jalan ketaatan.

Biasakan menghibur diri dengan selalu membaca nikmat yang telah kita terima agar keluhan tak menjadi suara utama hati dan mulut kita. Bukankah membaca tulisan saya adalah salah satu wujud nikmatnya memiliki mata yang sehat?
Teringatlah saya pada nasehat Syekh Abu Bakar al-Marwazi: "Kalau engkau ingin mengetahui nikmat Allah kepadamu, cobalah pejamkan matamu." Mata yang bisa terpejam adalah nikmat, bisa terbuka dan melihat kembali adalah nikmat. 

Lalu bagaimana dengan nikmat yang lain?
Masihkan akan mengeluh? Syukuri saja apa yang ada. Tak kuat belanja tak apa, yang penting masih bisa hidup dan melihat orang berbelanja. Tak usah iri, Allah akan tetap memberikan apa yang menjadi bagian kita. Semakin rajinlah bekerja kepada dan untuk Allah, maka "gaji" kita dari Allah akan naik dan selalu naik

0 komentar:

Posting Komentar

Admin menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Admin berhak untuk tidak menampilkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Terima kasih telah memberi tanggapan.